Gizi dan Kesehatan Otak : Mengurangi Risiko Alzheimer Melalui Nutrisi Makanan
![](https://statik.unesa.ac.id/profileunesa_konten_statik/uploads/gizi/thumbnail/f6f97827-1bc5-4af5-90b1-00bf2bc4b443.jpg)
![](https://statik.unesa.ac.id/profileunesa_konten_statik/uploads/gizi/gallery/998c8fd6-08ff-43bb-b458-8df1997d5ad8.jpg)
Alzheimer, penyakit degeneratif paling umum dari demensia yang mempengaruhi kemampuan kognitif seseorang menjadi tantangan dalam dunia kesehatan. Berdasarkan data dunia, 50 juta individu menderita demensia di seluruh dunia, sedangkan prevalensi penyakit demensia Alzheimer di Indonesia sendiri sekitar 27.9% menurut Kemenkes 2023. Jumlah penderita demensia diperkirakan akan meningkat dua kali lipat setiap 20 tahun hingga sekitar tahun 2050. Penurunan fungsi kognitif umum terjadi ketika seseorang bertambah usia dan akan mempengaruhi memori, kemampuan berpikir dan perilaku dalam berkegiatan sehari-hari. Hal ini dapat terjadi karena sel-sel saraf (neuron) di bagian otak yang terlibat dalam fungsi kognitif telah rusak dan tidak lagi berfungsi normal. Dalam upaya pencegahan penyakit Alzheimer, nutrisi memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan otak dan mencegah penurunan fungsi kognitif.
Penyakit Alzheimer umumnya terjadi pada usia lansia atau di atas 65 tahun, meskipun terdapat kelompok usia lebih muda yang terdampak dan frekuensi pada wanita lebih banyak terjadi dibandingkan dengan pria. Pada otak penderita Alzheimer, terdapat ciri khas penumpukan protein atau plak amiloid-beta ekstraseluler (Aβ) dan tangles neurofibril atau NFT di lingkungan intraseluler. Plak ini dapat mengganggu komunikasi antar sel saraf di otak sehingga menyebabkan kematian neuron dan hilangnya sinapsis yang berkontribusi pada penurunan kognitif secara progresif. Seiring berjalannya waktu, kerusakan ini akan menyebabkan penurunan memori, bahasa, pemecahan masalah, dan kemampuan untuk melakukan tugas sehari-hari.
![](https://statik.unesa.ac.id/profileunesa_konten_statik/uploads/gizi/gallery/f74588cd-0956-4541-a76d-9e24499d334f.jpg)
Dalam mencegah penyakit Alzheimer dapat difokuskan pada pencegahan penurunan fungsi kognitif. Salah satunya melalui konsumsi makanan yang seimbang dan bergizi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan yang kaya akan antioksidan dan anti inflamasi seperti yang ditemukan dalam buah-buahan, kacang-kacangan, sayuran dan ikan dapat mengurangi penurunan kognitif terkait usia dan risiko terkena berbagai penyakit neurodegeneratif. Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat atau mencegah oksidasi sehingga mampu melindungi dari efek radikal bebas oksigen reaktif. Dalam hal ini makanan dengan kandungan antioksidan tinggi dapat menjadi pelindung saraf untuk melawan kematian sel. Contoh antioksidan vitamin umumnya vitamin A, vitamin E, dan vitamin C (Zeng dan Wang, 2001). Selain itu antioksidan dari tumbuhan seperti senyawa polifenol atau fenol, golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol dan asam organik (Madhavi, et al., 1996).
Selain, antioksidan, terdapat kandungan makanan yang berperan dalam perlindungan otak. Salah satunya, asam lemak omega-3 khususnya asam docosahexaenoic (DHA) yang ada pada bahan makanan salmon, tuna, dan sarden serta biji chia. Vitamin B kompleks (khususnya B6, B12 dan folat) berperan dalam metabolisme homosistein. Sumber alami vitamin B termasuk daging, ikan, telur, sayuran hijau, dan biji-bijian.
DAFTAR PUSTAKA
Kocahan, S., & Doǧan, Z. (2017). Mechanisms of Alzheimer’s disease pathogenesis and prevention: The brain, neural pathology, N-methyl-D-Aspartate receptors, tau protein and other risk factors. In Clinical Psychopharmacology and Neuroscience (Vol. 15, Issue 1, pp. 1–8). Korean College of Neuropsychopharmacology. https://doi.org/10.9758/cpn.2017.15.1.1
M. A. P. D. S. P. A. D. S. N. M. P. D. M. K. A. S. M. Dr. rer.nat. Tanti T. Irianti, Antioksidant, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 2017.
Yiannopoulou, K. G., & Papageorgiou, S. G. (2020). Current and Future Treatments in Alzheimer Disease: An Update. In Journal of Central Nervous System Disease (Vol. 12). SAGE Publications Inc. https://doi.org/10.1177/1179573520907397
Melzer, T. M., Manosso, L. M., Yau, S. Y., Gil-Mohapel, J., & Brocardo, P. S. (2021). In pursuit of healthy aging: Effects of nutrition on brain function. In International Journal of Molecular Sciences (Vol. 22, Issue 9). MDPI AG. https://doi.org/10.3390/ijms22095026
Sansores-España, D., Carrillo-Avila, A., Melgar-Rodriguez, S., Díaz-Zuñiga, J., & Martínez-Aguilar, V. (2021). Periodontitis and Alzheimers disease. Medicina Oral Patologia Oral y Cirugia Bucal, 26(1), e43–e48. https://doi.org/10.4317/medoral.23940
Sianturi, A. G. M. (2021). Stadium, Diagnosis, dan Tatalaksana Penyakit Alzheimer. Majalah Kesehatan Indonesia, 2(2), 39–44. https://doi.org/10.47679/makein.202132
Diana, D. (2022). Analisa Vitamin B1, B6 dan B12 Secara Simultan Dengan Metode Kromatografi Pasangan Ion. Jurnal Farmasi Sains Dan Terapan, 9(2), 94–98. https://doi.org/10.33508/jfst.v9i2.4557
Dainy, N. C., Suryaalamsah, I. I., & Herdiansyah, D. (2023). SENAM OTAK SERTA EDUKASI KONSUMSI PANGAN SUMBER VITAMIN B12 DAN OMEGA-3 UNTUK CEGAH ALZHEIMERS. JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri), 7(2), 1138. https://doi.org/10.31764/jmm.v7i2.13258