Pemberian Diet GFCG Pada Penyandang Autism Spectrum Disorder

Pemberian
Diet GFCG Pada Penyandang Autism Spectrum
Disorder
Anisa Ferina Maharani dan Firda Ayu Susanto
2 April 2025
Sumber gambar: www.osfhealthcare.org
Autism Spectrum Disorder
(ASD) atau autisme adalah gangguan perkembangan saraf seumur hidup yang
memengaruhi otak dan sistem saraf. Kondisi ini memengaruhi cara seseorang
berinteraksi, berkomunikasi, dan berperilaku. Meskipun penyebab pastinya belum
sepenuhnya diketahui, ada beberapa faktor yang diduga berperan dalam
perkembangan autisme. Diantaranya, genetik, paparan bahan kimia berbahaya,
masalah gizi selama kehamilan atau setelah lahir, serta kerusakan otak sebelum
dan sesudah lahir. Individu dengan ASD sering memerlukan perawatan intensif,
dan biaya perawatan kesehatan mereka jauh lebih tinggi dibandingkan individu
tanpa ASD. Diagnosis dilakukan melalui penilaian aktivitas anak berdasarkan
karakteristik khas seperti perilaku repetitif dan gangguan komunikasi. Selain
itu, autisme sering disertai penyakit penyerta seperti gangguan kejiwaan atau
masalah pencernaan.
Anak-anak dengan ASD sering mengalami sensitivitas terhadap
gluten dan kasein, dimana konsumsi makanan yang mengandung kedua protein ini
dapat memperburuk gejala mereka dan memengaruhi kualitas hidup. Oleh karena
itu, diet bebas gluten dan kasein (GFCF) menjadi alternatif yang banyak
dipertimbangkan oleh orang tua untuk membantu mengelola gejala ASD. Meskipun
efektivitas diet ini masih menjadi perdebatan di kalangan peneliti, peran orang
tua sangat penting dalam memilih makanan yang sesuai serta memberikan dukungan
emosional dan membimbing anak untuk mengembangkan kemampuan komunikasi sosial.
Dengan pendekatan yang tepat, termasuk intervensi diet dan dukungan komunikasi efektif,
anak-anak dengan ASD memiliki peluang untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
sumber gambar: www.autismsocietyphilippines.org
Diet GFCF (Gluten-Free
Casein-Free) adalah pola makan yang menghindari konsumsi gluten dan kasein,
dua jenis protein yang ditemukan dalam gandum dan produk susu, dan sering
diterapkan pada anak-anak dengan Autism
Spectrum Disorder (ASD) sebagai salah satu pengobatan alternatif.
Penelitian menunjukkan bahwa 85% orangtua yang tidak menerapkan diet ini
melaporkan adanya gangguan perilaku pada anak autis, seperti tantrum.
Diet bebas gluten dan kasein (GFCF) pertama kali disarankan
pada tahun 1980-an dengan asumsi bahwa gluten dan kasein memengaruhi fungsi
otak. Manfaat diet ini untuk anak-anak autis berlandaskan pada teori bahwa
mereka mungkin memiliki alergi atau kepekaan tinggi terhadap makanan tersebut,
yang dapat memperburuk gejala autisme. Anak-anak dengan ASD juga lebih rentan
terhadap penyakit celiac, yang merupakan reaksi usus terhadap gluten. dengan
adanya masalah megenai gluten dan casein, diet
GFCF ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dengan memperbaiki
berbagai gejala, termasuk komunikasi dan perilaku.
Makanan
yang mengandung gluten terdapat dalam gandum, oat, dan barley, seperti biskuit,
mie, roti, kue, dan snack berbahan tepung terigu. Sebagai alternatif, dapat
menggunakan tepung beras, tapioka, singkong, ubi, talas, jagung, atau bihun.
Gluten adalah campuran protein yang sulit dihindari, sehingga penting membaca
label nutrisi untuk memastikan bebas gluten. Diet bebas gluten harus tetap
memerhatikan asupan serat, vitamin, dan mineral agar tidak terjadi kekurangan
gizi. Sedangkan, makanan yang mengandung kasein umumnya berasal dari olahan susu
sapi, seperti keju, yoghurt, dan es krim. Sebagai pengganti, bisa digunakan
susu kedelai, daging, ikan, unggas, telur, serta kacang-kacangan. Kasein juga
dapat ditemukan dalam produk yang diklaim bebas susu, sehingga penting untuk
membaca label dengan cermat. Diet GFCF (Gluten
Free-Casein Free) untuk autisme membatasi produk susu, sehingga anak perlu
mendapatkan cukup kalsium dan vitamin D untuk kesehatan tulang.
Oleh
karena itu, penting bagi orang tua untuk mencari sumber alternatif kalsium yang
kaya nutrisi, seperti sayuran hijau (misalnya brokoli dan kale), ikan dengan
tulang lunak (seperti salmon), serta kacang-kacangan. Selain itu, asupan
vitamin D dapat ditingkatkan melalui paparan sinar matahari dan makanan yang
diperkaya vitamin D, seperti susu kedelai. Memastikan anak mendapatkan nutrisi
yang cukup sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan mereka,
terutama bagi yang menjalani diet GFCF.
Diet
GFCF (bebas gluten dan casein) untuk anak dengan ASD sebaiknya dipertimbangkan
jika ada dugaan sensitivitas terhadap gluten atau casein, yang ditandai dengan
gejala seperti masalah pencernaan atau perubahan perilaku setelah mengonsumsi
makanan tersebut. Langkah pertama adalah konsultasi dengan dokter anak, ahli
gizi, atau profesional medis yang berpengalaman dalam menangani ASD dan diet
GFCF, untuk evaluasi menyeluruh dan panduan personal. Diet ini sebaiknya
menjadi bagian dari pendekatan intervensi komprehensif, yang juga mencakup
terapi perilaku dan wicara.
Setelah
memulai diet GFCF, pemantauan berkelanjutan sangat penting untuk menilai
perubahan perilaku, pola tidur, pencernaan, dan kemampuan sosial anak. Diet
GFCF memerlukan komitmen jangka panjang dan perubahan gaya hidup dari keluarga.
Mengingat kompleksitas Autism Spectrum Disorder (ASD) dan respons individu yang
bervariasi, diet ini harus disesuaikan dengan kebutuhan unik setiap anak. Pada
Hari Autisme ini, mari kita tingkatkan kesadaran tentang pentingnya pendekatan
menyeluruh dan berdasarkan fakta untuk mendukung anak dengan autisme. Hal ini
termasuk mempertimbangkan pola makan seperti diet GFCF, dengan arahan dari ahli
dan pengawasan yang baik untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
Daftar Pustaka :
Baspinar Busra, Yardimci Hulya.
(2020). Gluten-Free Casein-Free Diet for
Autism Spectrum Disorders: Can It Be Effective in Solving Behavioural and
Gastrointestinal Problems?. The Eurasian Journal of Medicine.
52(3):292-297.
Keller Amelie, et al., (2021). The Effect of a Combined Gluten- and Casein-Free
Diet on Children and Adolescents with Autism Spectrum Disorders: A Systematic
Review and Meta-Analysis. National Library of Medicine. 13(2):470.
Milliyantri, et al., (2023). Hubungan Asupan Zat Gizi Makro,
Pengetahuan Dan Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Anak Autis Di SLB Kota
Bandung. Jurnal Gizi Masyarakat Indonesia.
Nur Insani, et al.,(2024).Edukasi Dan Simulasi Diet Gluten
Free Casein Free Pada Anak Autis Dengan Kartu Bergambar “INWILMAH”.
JurnalPengabdian KesehatanVolume 4
Permata, et al.,(2017). Hubungan
Pola Konsumsi Gluten dan Kasein, Kepatuhan Diet Gluten Free Casein Free (GFCF)
Dengan Perilaku Autis di Rumah Autis Bekasi. Journal.Uhamka.Ac.Id, 2(2), 75–88.
https://journal.unhamka.ac.id/index.php/argipa
Raziah, et al.,(2023). Peran Nutrisi dan Status Gizi Pada Anak
Autisme.Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan, Universitas
Abulyatama Aceh, Jalan Blang Bintang Lama KM 8,5 Lampoh Keude Aceh. : https://teewanjournal.com/index.php/phj/index
Zafirovski Kristina, et al,. (2024).
Impact of Gluten-Free and Casein-Free
Diet on Behavioural Outcomes and Quality of Life of Autistic Children and
Adolescents: A Scoping Review. National Library of Medicine. 11(7):862.