Hari ASI Sedunia 2024: Pentingnya Pemberian ASI Eksklusif
![](https://statik.unesa.ac.id/profileunesa_konten_statik/uploads/gizi/thumbnail/c7fd8598-32e8-405a-896c-d9266e368df9.jpg)
Seorang anak yang lahir sudah sepantasnya mendapatkan kesehatan dan kelangsungan hidup. Menyusui dengan ASI adalah salah satu cara paling efektif untuk memastikan kesehatan dan kelangsungan hidup anak. ASI disebut sebagai makanan terbaik karena mengandung berbagai macam zat gizi dan nutrisi yang berguna bagi bayi dalam tahap pertama kehidupannya. Air susu ibu memiliki berbagai manfaat yang mampu menopang pertumbuhan dan perkembangan bayi, hal ini didukung oleh kandungan nutrisi ASI, antara lain makronutrien berupa air, protein, lemak, karbohidrat, dan karnitin. Mikronutrien berupa vitamin K, vitamin D, vitamin E, vitamin A, vitamin larut dalam air. Air susu ibu juga memiliki mineral dan komponen bioaktif berupa sel hidup, antibodi, sitokin, faktor pertumbuhan, oligosakarida, dan hormon). Pemberian ASI juga bermanfaat bagi Ibu yakni dapat menurunkan risiko terjadinya kanker ovarium, kanker payudara, dan kanker endometrium.
Oleh karena itu United Nation Children's Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) merekomendasikan ASI paling sedikit diberikan kepada anak selama enam bulan pertama kehidupan, kemudian dapat dilanjutkan dengan makanan pendamping yang tepat (MPASI) hingga usia 2 tahun untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas anak. Pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dianjurkan oleh pedoman internasional dengan menerapkan:
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) selama lebih kurang 1 jam setelah kelahiran bayi.
ASI eksklusif diberikan kepada bayi (hanya ASI saja tanpa makanan atau minuman tambahan.
ASI diberikan secara on demand atau sesuai kebutuhan bayi.
ASI sebaiknya diberikan tidak menggunakan botol, cangkir, atau dot.
ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan direkomendasikan oleh organisasi kesehatan global karena memberikan manfaat kesehatan yang tak tertandingi, termasuk perlindungan terhadap infeksi, peningkatan sistem kekebalan, serta pengurangan risiko penyakit kronis di kemudian hari. Balita yang tidak diberikan ASI eksklusif berpeluang 61 kali lipat mengalami stunting dibandingkan balita yang diberi ASI eksklusif.
![](https://statik.unesa.ac.id/profileunesa_konten_statik/uploads/gizi/gallery/50b16dbe-e1d3-4872-b955-72a3e58b1b6f.jpg)
Meski demikian, banyak ibu menghadapi tantangan dalam memberikan ASI eksklusif, seperti kurangnya dukungan, keterbatasan cuti melahirkan, dan kurangnya fasilitas menyusui yang memadai di tempat kerja dan tempat umum. Walaupun menyusui adalah salah satu keputusan ibu, tetapi jauh lebih baik dengan adanya dukungan kuat dari keluarga terutama ayah, teman, masyarakat dan tempat kerja. Dukungan menyusui tidak hanya menjadi tanggung jawab ibu dan keluarga, tetapi juga memerlukan keterlibatan dari pemerintah dan masyarakat luas. Kebijakan yang mendukung, seperti cuti melahirkan yang lebih lama dan akses ke fasilitas menyusui di tempat kerja, dapat memberikan dampak signifikan dalam meningkatkan angka ASI eksklusif.
Referensi:
Ciampo, L. A. Del, & Ciampo, I. R. L. Del. (2018). Breastfeeding and the Benefits of Lactation for Women 's Health Aleitamento materno e seus benefícios para a saúde da mulher. RBGO Gynecology & Obstetrics, 40(6), 354–359.
Kemenkes RI. (2019). Pedoman Pekan ASI Sedunia (PAS) Tahun 2019.
SJMJ, S. A. S., Toban, R. C., & Madi, M. A. (2020). Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada Balita. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 11(1), 448-455.
WHO. (2019). Nutrition Exclusive breastfeeding for optimal growth, development and health of infants
Wijaya, F. A. (2019). ASI Eksklusif : Nutrisi Ideal untuk Bayi 0-6 Bulan. Media Neliti, 46(4), 296–300.
Wiji, N. R. (2021). Asi dan Panduan Ibu Menyusui. Nuha Medika. Yogyakarta. 35-37.