Peran Pola Makan Manis dalam Meningkatkan Risiko Obesitas Pada Remaja
![](https://statik.unesa.ac.id/profileunesa_konten_statik/uploads/gizi/thumbnail/aa13b95c-fd62-4642-b740-c0df3705270c.jpg)
Remaja merupakan salah satu fase daur kehidupan yang memiliki rentang usia sekitar 10-19 tahun (WHO, 2022). Pada usia remaja, sangat penting untuk menerapkan pola makan dan gaya hidup yang baik, karena pada fase remaja merupakan langkah awal seseorang untuk menentukan bagaimana pilihan pola hidup dan pola perilaku mereka kedepannya.
Perkembangan teknologi pada zaman ini sangat pesat, sehingga segala bentuk informasi dapat dengan mudah diperoleh dan disebarluaskan melalui media sosial, termasuk mengenai tren makanan manis. Dibalik rasanya yang nikmat, makanan dan minuman manis memiliki ancaman yang sangat berbahaya bagi kesehatan, apalagi jika dikonsumsi secara berlebihan. Ditambah dengan fakta bahwa remaja cenderung mengikuti tren mengonsumsi makanan dan minuman manis, serta fast-food. Kandungan kalori yang tinggi pada makanan dan minuman manis dapat menyebabkan peningkatan berat badan seseorang hingga berujung pada obesitas.
Obesitas termasuk ke dalam salah satu jenis penyakit kronis yang ditandai dengan timbunan lemak berlebihan pada jaringan adiposa. Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan energi (diet) dan pengeluaran energi (aktivitas fisik). Hal itu, membuat berat badan terus meningkat dan berujung pada obesitas.
Mengonsumsi makanan dan minuman manis secara berlebihan bisa berdampak negatif pada kesehatan. Makanan dan minuman manis tidak memberikan efek kenyang. Penelitian menunjukkan bahwa kadar gula yang tinggi dalam tubuh dapat menyebabkan resistensi leptin, hormon yang bertanggung jawab dalam mengatur nafsu makan dan rasa lapar. Leptin diproduksi oleh sel-sel lemak dan didistribusikan dalam darah. Fungsinya adalah memberi sinyal ke otak ketika perut sudah kenyang. Namun, kadar gula darah yang tinggi dapat menghambat kerja leptin dalam menyampaikan sinyal tersebut ke otak. Akibatnya, seseorang akan terus makan meskipun sudah kenyang, karena otak tidak menerima sinyal kenyang. Resistensi leptin ini meningkatkan risiko obesitas.
Untuk itu diperlukan pola hidup yang sehat agar dapat menghindari obesitas pada remaja. Berikut beberapa tips untuk mencegah obesitas pada anak dan remaja menurut Kementerian Kesehatan RI ;
Biasakan makan dengan keluarga
Batasan penggunaan gadget
Perbanyak aktivitas di luar ruangan
Tidak makan sambil nonton TV
Biasakan selalu sarapan sehat
Biasakan membawa bekal makanan sehat dan air putih dari rumah
Banyak makan sayur dan buah
REFERENSI
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. (2023). Bahaya Mengonsumsi Makanan Manis secara Berlebihan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Direktorat P2PTM. (2019). Tips mencegah Obesitas untuk Anak dan Remaja. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Permenkes RI Nomor 2 Tahun 2020. Standar Antropometri Anak. Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Organisasi Kesehatan Dunia. (2024). Obesitas dan Kegemukan.