Waspada Cacing Itu Penting!
![](https://statik.unesa.ac.id/profileunesa_konten_statik/uploads/gizi/thumbnail/c662efb1-70be-48a5-962e-a0d196f5094a.png)
Hingga kini, infeksi cacingan masih menjadi masalah kesehatan di kalangan masyarakat Indonesia khususnya pada anak-anak yang seringkali diabaikan. Cacingan merupakan infeksi yang disebabkan oleh cacing yang ditularkan melalui tanah, dikenal sebagai soil transmitted helminths (STH). Cacing-cacing ini memerlukan kondisi tanah tertentu dalam siklus hidupnya agar dapat berkembang menjadi bentuk yang menular. Infeksi cacing umumnya disebabkan oleh buruknya sanitasi dan kebersihan, seperti berjalan tanpa alas kaki, tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, dan setelah buang air. Penularan infeksi cacing dapat terjadi melalui kontak dengan tanah yang terkontaminasi cacing dan mengonsumsi makanan yang mentah atau terkontaminasi telur cacing.
Dari data Departemen Kesehatan Republik Indonesia, pada tahun 2015 menunjukkan bahwa prevalensi cacingan pada anak usia 1-12 tahun di beberapa provinsi di Indonesia berada pada tingkat yang tinggi, yaitu antara 30% hingga 90% dan dengan prevalensi di Kota Surabaya sebesar 36%. Tingginya tingkat penyakit cacingan ini tentu dapat menurunkan kesehatan dan gizi masyarakat. Cacingan menyebabkan kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan darah, sehingga menurunkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini perlu menjadi perhatian serius dalam mencegah tertularnya infeksi cacing.
Oleh karena itu, peningkatan sanitasi lingkungan perlu ditingkatkan. Hal ini dapat dilakukan dengan menjaga perilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu, kebutuhan zat gizi, baik makro maupun mikro, mempengaruhi sistem kekebalan anak. Apabila kekurangan salah satu jenis zat gizi mikro dapat menyebabkan kekurangan zat gizi mikro lainnya. Misalnya, vitamin B12 dan vitamin C penting untuk mendukung penyerapan zat gizi dan proses metabolisme tubuh. Kekurangan vitamin dapat mempengaruhi kesehatan, terutama dalam mencegah penyakit infeksi seperti cacingan. Salah satu program untuk menanggulangi cacingan adalah Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) cacingan yang dilakukan dua kali dalam setahun di daerah dengan prevalensi tinggi dan satu kali dalam setahun di daerah dengan prevalensi sedang.
Obat cacing yang digunakan adalah Albendazole karena efektif melawan berbagai jenis cacing, praktis dengan dosis tunggal, memiliki efek samping yang relatif kecil, aman, terjangkau, dan terintegrasi dengan program eliminasi filariasis. Pemberian obat Albendazole dengan dosis tunggal 400 mg secara oral untuk usia 2 tahun dan dewasa, dosis 200 mg untuk anak usia antara 12 hingga 24 bulan. Dengan meningkatkan kesadaran dan terus berupaya untuk mencegah penyakit kecacingan dengan cara minum obat cacing (6 bulan sekali), makan makanan yang bergizi, dan sanitasi yang bersih maka akan menurunkan risiko cacingan. Mari kita jadikan Hari Waspada Cacing sebagai pengingat untuk selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan demi kesehatan yang lebih baik.
Referensi:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2017 tentang Penanggulangan Cacingan.
Ella Yurika et al. (2020). Profil Pengetahuan Orang Tua Terkait Penyakit Cacingan dan Program Deworming Serta Perilaku Berisiko Terkena Cacingan pada Anak. Jurnal Farmasi Komunitas Vol. 6, No. 2, 52-59.
Anuar, T.S., Salleh, F.M. & Moktar, N. (2014). Soil-Transmitted Helminth Infections and Associated Risk Factors In Three Orang Asli Tribes In Peninsular Malaysia. Scientific Reports. 4(4101),1-6
Sigalingging, Ganda et al. (2019). Pengetahuan tentang Cacingan dan Upaya Pencegahan Kecacingan. Jurnal Darma Agung Husada, Vol. 6, no. 2, 96-104. ISSN 2656-7350.
Subair, Hardyanty. (2019). Gambaran Kejadian Kecacingan (Soil Transmitted Helminth), Asupan Vitamin B12 dan Vitamin C pada Anak Usia Sekolah Dasar di Kota Makassar. Jurnal Gizi Masyarakat Indonesia (The Journal of Indonesian Community Nutrition), 8(1). https://doi.org/10.30597/jgmi.v8i1.7374