Waspadai Lupus dengan Nutrisi dan Dukungan yang Tepat

Waspadai Lupus dengan Nutrisi dan Dukungan yang Tepat
Oleh: Naura Aulia Hernanda dan Raihana Fadhilah
10 Mei 2025
Sumber gambar : www.p2ptm.kemkes.go.id
Systemic
Lupus Erythematosus (SLE) atau secara umum dikenal
dengan Lupus adalah penyakit autoimun
kronis di mana sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan dan organ tubuh
sendiri, sehingga menyebabkan peradangan dan kerusakan di berbagai organ
seperti kulit, sendi, ginjal, dan jantung. Penyebab lupus belum diketahui
secara pasti, tetapi para ahli percaya bahwa lupus terjadi karena kombinasi
faktor genetik, lingkungan (seperti paparan sinar matahari atau infeksi), dan
hormonal. Faktor-faktor ini membuat sistem imun kehilangan kemampuan membedakan
antara benda asing dan jaringan tubuh sendiri, sehingga terjadi serangan
terhadap tubuh sendiri
Lupus adalah penyakit multisistem
yang sering dijuluki sebagai penyakit seribu wajah, karena manifestasi
klinisnya sangat beragam dan gejala yang muncul bervariasi pada setiap
individu, bergantung pada organ tubuh mana yang diserang oleh antibodi. Kondisi
ini membuat diagnosis lupus menjadi tidak mudah dan sering terlambat, karena
gejalanya menyerupai berbagai macam penyakit lain, sehingga sering kali
menimbulkan kebingungan dalam penegakan diagnosis. Terdapat beberapa gejala
yang bervariasi tersebut, mulai dari kerontokan rambut (alopesia), kelelahan
luar biasa, demam tanpa sebab jelas, dan fenomena Raynaud (jari memucat hingga
berubah warna) serta kerusakan pada berbagai organ seperti sendi, ginjal,
jantung, paru-paru, dan otak.
Hingga saat ini, belum ditemukan
obat yang dapat menyembuhkan lupus, tetapi gejalanya dapat dikendalikan melalui
pengobatan yang tepat dan penerapan gaya hidup sehat. Dalam rangka memperingati
Hari Lupus Sedunia yang jatuh pada tanggal 10 Mei setiap tahunnya, penting bagi
kita untuk meningkatkan kesadaran akan lupus, termasuk pentingnya pola makan
sehat dan dukungan sosial bagi para penderitanya. Peran nutrisi menjadi salah
satu aspek penting yang sering kali diabaikan dalam manajemen penyakit lupus.
Pola makan yang tepat tidak hanya membantu mengurangi peradangan, tetapi juga
mendukung kekuatan sistem imun, menjaga berat badan ideal, serta meningkatkan
kualitas hidup penderita lupus.
Sumber gambar : ayosehat.kemkes.go.id
Nutrisi
memegang peranan penting dalam pengelolaan penyakit lupus (Systemic Lupus Erythematosus/SLE)
untuk membantu mengurangi inflamasi, memperbaiki sistem imun, dan meningkatkan
kualitas hidup pasien. Asupan protein perlu disesuaikan, terutama pada pasien
dengan gangguan ginjal akibat lupus. Diet rendah protein, sekitar 0,6 gram per
kilogram berat badan per hari, dapat membantu memperbaiki fungsi ginjal dan
mencegah kerusakan lebih lanjut. Kualitas diet yang baik sangat berperan
penting bagi pasien SLE, mengingat mereka cenderung berisiko mengalami penyakit
kardiovaskular, penurunan kepadatan mineral tulang, peningkatan kadar
homosistein dalam darah, serta anemia. Hal ini dapat diatasi dengan memberi
serat yang cukup, yaitu sekitar 25-38 gram per hari, untuk menurunkan risiko
penyakit kardiovaskular, meningkatkan fungsi usus, serta mengurangi kadar
penanda inflamasi seperti protein C-reaktif dan sitokin.
Vitamin-vitamin tertentu juga sangat penting bagi penderita lupus. Vitamin A berperan dalam menjaga fungsi sistem kekebalan tubuh dan integritas jaringan, sementara vitamin C membantu mengurangi stres oksidatif dan memperbaiki fungsi imun yang terganggu. Vitamin D seringkali mengalami defisiensi pada pasien lupus karena mereka dianjurkan untuk menghindari paparan sinar matahari. Vitamin ini berfungsi mengatur sistem imun dan mencegah kekambuhan penyakit. Selain itu, vitamin E dapat membantu menurunkan aktivitas autoimun dan memperpanjang harapan hidup pasien lupus.
Vitamin-vitamin
tersebut umumnya dapat diperoleh dari berbagai sumber makanan sehat. Vitamin A
dapat diperoleh dari makanan seperti hati sapi, wortel, ubi jalar, bayam, dan
kale. Buah-buahan seperti mangga dan pepaya juga mengandung beta-karoten yang
diubah tubuh menjadi vitamin A. Vitamin C banyak ditemukan dalam buah jeruk,
stroberi, kiwi, paprika merah, brokoli, dan sayuran hijau gelap. Vitamin D
dapat diperoleh dari ikan berlemak seperti salmon dan tuna, kuning telur, jamur,
serta makanan yang diperkaya seperti susu dan sereal, terutama penting bagi
penderita lupus yang harus menghindari sinar matahari. Sementara itu, vitamin E
tersedia dalam kacang almond, biji bunga matahari, minyak nabati seperti minyak
bunga matahari dan minyak gandum, serta sayuran berdaun hijau seperti bayam dan
kale.
Selain vitamin, asupan mineral
seperti kalsium dan selenium juga penting karena pasien lupus rentan mengalami
defisiensi mineral yang dapat mempengaruhi kesehatan tulang dan fungsi tubuh
secara umum. Suplementasi lemak sehat, khususnya minyak ikan yang kaya akan
omega-3, juga direkomendasikan karena dapat membantu mengurangi inflamasi dan
aktivitas penyakit lupus. Di Indonesia, asupan omega-3 juga menjadi perhatian
dalam manajemen lupus. Dinas Kesehatan DIY merekomendasikan konsumsi ikan
berlemak seperti salmon, tuna, dan sarden sebagai bagian dari pola makan sehat
untuk penderita lupus. Selain itu, penggunaan minyak zaitun dan minyak kanola
sebagai sumber lemak sehat dapat membantu menurunkan risiko peradangan serta
mendukung kesehatan jantung.
Meskipun tidak semua pasien lupus
memiliki pantangan makanan yang spesifik, beberapa penelitian menunjukkan bahwa
menghindari makanan tinggi lemak jenuh, gula berlebih, dan makanan olahan dapat
membantu mengurangi gejala
flare-up[D4] .
Flare-up merupakan kondisi memburuknya suatu penyakit yang bisa terjadi dalam
hitungan jam hingga minggu, biasanya sulit untuk ditahan dan berdampak pada
rutinitas serta kondisi emosional sehari-hari. Secara umum, flare-up ditandai
dengan memburuknya gejala utama penyakit, seperti meningkatnya rasa nyeri, rasa
lelah yang berlebihan, dan munculnya peradangan. Diet rendah garam juga penting
terutama bagi penderita lupus dengan gangguan ginjal atau tekanan darah tinggi.
Manajemen lupus memerlukan pendekatan multidisipliner dan personal. Konsultasi
rutin dengan tenaga kesehatan, termasuk dokter dan ahli gizi, akan membantu
menyusun rencana pengobatan dan pola makan yang optimal. Setiap individu dengan
lupus memiliki kebutuhan yang berbeda, sehingga pendekatan yang disesuaikan
sangat penting. Pada peringatan Hari Lupus Sedunia ini, mari kita tingkatkan
kesadaran akan pentingnya peran nutrisi dalam manajemen lupus. Dukungan
keluarga, komunitas, serta pemahaman masyarakat luas terhadap kondisi ini
sangat membantu bagi para penyandang lupus untuk menjalani hidup yang lebih
sehat dan produktif.[D5] ***selesai***
Daftar
Pustaka
Benny Tjan, G. K. (2022). Gambaran
Profil Systemic Lupus Erythematosus (Sle) Dan Lupus Nefritis
Di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah . Jurnal Penyakit Dalam Udayana, 31-35.
Iin Heldayani, R. S. (2024). Manifestasi Dan Tatalaksana
Lesi Oral Pada Pasien Manifestasi Dan
Tatalaksana Lesi Oral Pada Pasien
Laporan Kasus . Jurnal Kedokteran Gigi
Universitas
Padjadjaran, 188-195.[D6]
Miranda Mia, dkk. (2018). Menurunkan Inflamasi Pasien SLE
dan Gizi Buruk dengan Suplementasi
Mikronutrien. IJCNP
(Indonesian Journal of Clinical
Nutrition Physician),
1(1):80-89.
Rachmaningsih Sekar Ayu, dkk. (2024). Tatalaksana Proses
Asuhan Gizi Terstandar Pasien dengan
Systematic Lupus Erythematosus (SLE). Jurnal Kesehatan Tambusai, 7068-7077.
Syifa
Aurelia Salsabila, R. P. (2024). Mekanisme Adaptasi Sel Tubuh Terhadap Serangan
Penyakit
Autoimun: Lupus. Jurnal
Penelitian Perawat Profesional, 1687-1694.
Wahono Cesarius Singgih, dkk. (2022). Reducing Lupus
Patients Hopelessness Through Beauty Class
In Malang City In Honor of World Lupus Day.
Jurnal Pengabdian Masyarakat, 31-39.
William
Grandinata Soeseno, K. D. (2024). Status Gizi Anak Dengan Lupus Eritematosus
Sistemik
Saat Diagnosis Dan Tiga Bulan Terapi Siklofosfamid. Medicina, 73-77.